
“Ini apa maksudnya pake istilah yang bahkan dia
sendiri tidak pernah menyelami menghayati menjalani karena beda segalanya , kok
seenaknya diucapkan tanpa perasaan , ngapain pakai bawa bawa falasafah hidup orang lain ..?”, kata Dul Gabus
“Kalo tadi dia nggak usah sebut
sebut pedoman hidup orang lain , tentu nggak sepanas ini..?”. Kata Paidon
“Mungkin kita saja yang salah
faham..?” kata Kho Jur
“Salah faham Ndasmu,…!dia nggak
punya hak ngomongin dasar hidup orang lain karena dia nggak ngerti sama sekali
maknanya bukan sekedar salah faham”. Ce
ce Rei Mek
Diskusi panjang nggak ada
selesainya, ada yang menyoroti kaidah bahasa , konten materi bahasanya, asal
usul kalimat dsb… bisa menghabiskan kata dan waktu berabad abad abad.
Lantas bagaimana seharusnya..
Jika terpaksa meyakinkan pekerja
, staff atau bidang lain apalagi menyangkut nilai nilai filosofi hidup di
daerah suku asli atau logika prinsip
hidup mereka dengan prinsip kaidah yang diyakini semestinya harus bermanuever persuasive.
Mendatangkan tokoh atau ahli yang kompetensi dan kharismanya sangat dikagumi, biarkan
dialah yang menjelaskan berdasarkan maqam ilmunya karena memang mereka ahlinya.
Jangan ikut ikutan komentar kalau
tidak faham apalagi mengutip nilai nilai
luhur yang sangat diagungkan oleh pemeluknya, Umat manapun tak
suka ajaran yang diyakininya dikutip untuk kepentingan kepentingan yang tidak
jelas apalagi umat lain yang sama sekali tidak ngerti memahami, menjalani dan
menghormati nilai nilai luhur dari setiap FirmanNya. Mungkin itulah yang harus
diambil hikmahnya,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar