Jumat, 04 November 2016

Demo: Momen Pencitraan





“Kami kira kalo Big Bos dengan para centengnya berani hadapi kita tapi yang kita hadapi cuma  wadir, buat apa .. .”, begitulah demo kenaikan kesejahteraan buruh sebuah pabrik  dengan muka merah padam beberapa peserta demo panas . 

Tiba tiba duaar…beberapa orang memukul gerbang dengan besi dan mulailah ricuh demo yang awalnya damai sejak pagi hingga terik jelang sore. Entah kelompoknya siapa yang memulai sehingga memicu kondisi “chaos”.  Tidak lama kemudian demo dapat dikendalikan dan beberapa oknum buruh yang diduga sebagai provakator berurusan  dengan pihak berwajib .  Beberapa sorotan kamera awak media terus berjalan karena telah meliput sejak awal demo di pabrik ini. 

Sore menjelang magrib Mr Big Bos bersama beberapa dewan direksi menyelenggarakan  jumpa pers,  dalam pernyataannya Mr Big Bos menunjuk salah satu wadir untuk menjadi jubir:

“ Mr Big Bos sebenarnya ingin bisa menemui para pendemo namun karena Kami  terhalang demo demo di tempat lain , maka  dengan sangat terpaksa hal tersebut tidak bisa terlaksana, kami  memberikan kesempatan dan apresiasi kepada mitra kerja untuk bersuara , namun kami menyesalkan tindakan anarkhi yang terjadi, dapat dipastikan hal tersebut telah disusupi oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab”. 

Dan opini public pun berbalik  arah bukan menyoroti aspirasi esensi demo justru sebaliknya menyalahkan para demonstran. 

Maknanya; ber hati hatil ah dengan emosi massa , karena bisa saja opini massa berbalik arah  jika disetting untuk terbakar oleh kemarahan sendiri. Menghindar untuk menang memang salah satu intrik. Tunggu momen..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar