“Kami kira kalo Big Bos dengan
para centengnya berani hadapi kita tapi yang kita hadapi cuma wadir, buat apa .. .”, begitulah demo kenaikan
kesejahteraan buruh sebuah pabrik dengan
muka merah padam beberapa peserta demo panas .
Tiba tiba duaar…beberapa orang
memukul gerbang dengan besi dan mulailah ricuh demo yang awalnya damai sejak
pagi hingga terik jelang sore. Entah kelompoknya siapa yang memulai sehingga
memicu kondisi “chaos”. Tidak lama
kemudian demo dapat dikendalikan dan beberapa oknum buruh yang diduga sebagai
provakator berurusan dengan pihak
berwajib . Beberapa sorotan kamera awak
media terus berjalan karena telah meliput sejak awal demo di pabrik ini.
Sore menjelang magrib Mr Big Bos
bersama beberapa dewan direksi menyelenggarakan
jumpa pers, dalam pernyataannya
Mr Big Bos menunjuk salah satu wadir untuk menjadi jubir:
“ Mr Big Bos sebenarnya ingin
bisa menemui para pendemo namun karena Kami terhalang demo demo di tempat lain , maka dengan sangat terpaksa hal tersebut tidak bisa
terlaksana, kami memberikan kesempatan
dan apresiasi kepada mitra kerja untuk bersuara , namun kami menyesalkan
tindakan anarkhi yang terjadi, dapat dipastikan hal tersebut telah disusupi
oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab”.
Dan opini public pun berbalik arah bukan menyoroti aspirasi esensi demo
justru sebaliknya menyalahkan para demonstran.
Maknanya; ber hati hatil ah
dengan emosi massa , karena bisa saja opini massa berbalik arah jika disetting untuk terbakar oleh kemarahan
sendiri. Menghindar untuk menang memang salah satu intrik. Tunggu momen..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar